Tuesday 12 November 2013

#114 Friday Harbor #1 - Christmas Eve at Friday Harbor by Lisa Kleypas

Sub Judul :Malam Penuh Keajaiban
Serial : Friday Harbor #1
Penulis : Lisa Kleypas
Penerbit : Dastan Books, Juni 2011 (terbit pertama pada Oktober 2010)
Tebal : 322 halaman (paperback)
Genre : Contemporary Romance
ISBN : 978-602-8723-92-3

SINOPSIS

Dua tahun berlalu setelah kematian suaminya, namun Maggie Conroy belum bisa melupakannya. Kepedihan akibat ditinggal oleh seseorang yang dicintainya membuat Maggie menutup diri dan tidak ingin terlibat hubungan romantis dengan siapa pun. Karena ingin memulai hidup baru, Maggie memutuskan untuk pindah dan membuka sebuah toko mainan di Friday Harbor.

Mark Nolan yang masih menikmati hidup lajangnya tiba-tiba dikejutkan oleh kematian adik perempuannya yang ternyata membuatnya menjadi wali keponakannya, Holly, yang berusia enam tahun. Karena trauma, Holly tidak mau bicara dengan siapa pun, sampai gadis kecil itu bertemu dengan Maggie. Pada awalnya, Mark tidak suka dengan sikap Maggie yang dianggapnya ikut campur. Di lain pihak, Maggie menganggap Mark tidak terlalu berbakat dalam mengasuh anak. Pertemuan pertama mereka yang berkesan berlanjut ke pertemuan-pertemuan tak terduga berikutnya yang membuat Mark merasa semakin ingin mengenal Maggie, padahal Mark sudah mempunyai kekasih. Sementara itu, Maggie yang tidak ingin lagi berkomitmen semakin merasa sulit untuk menepis daya tarik Mark.

Apakah Mark akan memilih Maggie meskipun ia sudah mempunyai kekasih yang setia menunggunya? Dan sanggupkah Maggie membawa dirinya untuk kembali berkomitmen?



REVIEW

Mark Nolan, si sulung dari tiga orang anak laki-laki keluarga Nolan telah mengklaim dirinya seorang bujangan tulen yang tidak akan menikah apalagi mengurus anak. Namun hidup berkata lain. Tiba-tiba ia harus menjadi wali untuk Holly, keponakannya yang jarang ditemuinya. Ibu Holly, satu-satunya adik perempuan Mark meninggal dunia karena tabrakan. Sepanjang hidupnya Victoria, sang adik, tak pernah memberitahukan siapa ayah Holly sebenarnya. Itu sebabnya mengapa hak perwalian Holly jatuh pada Mark.

Agar lebih leluasa membesarkan Holly, Mark memutuskan pindah ke Rainshadow Road, rumah sekaligus perkebunan anggur milik Sam, adik kedua Mark. Mark dan Sam saling bahu membahu membesarkan Holly dibantu oleh Alex, si bungsu. Satu-satunya masalah yang muncul hanyalah sejak kematian ibunya Holly tak pernah sekalipun berbicara pada siapapun. 

Masalah tersebut secara tak sengaja terpecahkan ketika Holly dan Mark berkunjung ke satu-satunya toko mainan di pulau mereka, Friday Harbor. Holly bersedia berkomunikasi dengan Maggie, sang pemilik toko. Meski sangat berterima kasih atas bantuan Maggie, tapi Mark tetap tak menyukai Maggie. Menurutnya Maggie telah menanamkan fantasi ke dalam pikiran Holly. 

Di Rainshadow Road, Mark kaget ketika tahu Sam telah dijodohkan oleh sebagian penduduk di pulau mereka dengan Maggie. Wajar saja. Warga tak menjodohkan dengan Mark karena Mark telah memiliki Shelby, pacar yang rajin berkunjung ke pulau. Tapi Mark tak bisa menghindari ketika Sam sering meminta Maggie datang ke Rainshadow Road untuk membantu menjaga Holly. Apalagi Holly memang sangat sayang pada Maggie. Di sisi lain, Shelby mulai menunjukkan tanda-tanda ke arah hubungan yang lebih serius dengan  Mark, si bujangan abadi. 

Seri pertama Friday Harbor ini jauh lebih ringan dibandingkan dengan serial Travises yang lebih dulu saya baca. Konfliknya lebih ringan dan segala adegan sensual tak begitu banyak di buku ini. Mungkin karena mengambil momen Natal. Fonts-nya pun lebih besar sehingga lebih nyaman dibaca. 

Tokoh favorit saya dibuku ini hanyalah.... Reinfield. Anjing bulldog kesayangan Maggie yang punya penyakit arthritis, bulu yang rusak, gigi ompong, penderita alergi, dan.... tidak punya ekor karena buntut kesayangannya harus diamputasi.

Cover pilihan saya yang diterbitkan oleh St. Martin Press pada Oktober 2010. Meski mirip dengan cover terbitan Dastan tapi terbitan St. Martin lebih eye catching dengan warna ungu pada lautnya.



“I’ve lost someone, too. And there were no rules for how to deal with the death of someone you loved. You had to accept that the loss would always stay with you, like a reminder note pinned to the inside of your jacket. But there were still opportunities for happiness. Even joy.” (Mrs. Elizabeth)


@ Medan 
11112013

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...